Custom Search

Minggu, 07 Desember 2008

Antara Cinta Dan Eksistensi

Cinta siapa yang bisa mendefenisikannya? Hampir setiap orang memiliki defenisi sendiri akan cinta. Tapi pernahkah teman-teman berpikir jikalau cinta itu hanyalah sebuah usaha dari sebuah pribadi yang ingin menunjukkan eksistensinya. Manusia memiliki kesadaran akan kesendiriannya, keterpisahan dan kelemahannya dalam menghadapi kekuatan alam dan masyarakat. Sebuah kenyataan bahawa dia sendiri menghadapi kerasnya alam dan persaingan diantara individu membuat manusia sadar bahwa dia membutuhkan orang lain dalam menjalani hidup.
Manusia sendiri juga memiliki sebuah keinginan untuk dapat menjadi sempurna. Kekosongan yang diakibatkan kelemahan yang ada menyebabkan seseorang berusaha mencari jalan agar kekosongan tersebut terisi melalui individu lain baik itu melalui teman ataupun kelompok-kelompok yang memiliki satu impian yang sama dengan dia.
Semakin lemah seseorang maka semakin kuatlah keinginan dia untuk mencinta orang lain. Keinginan untuk lepas dari kesendirian terkadang mampu membutakan logika yang ada sehingga seringkali kita melihat seseorang melakukan hal yang konyol demi yang namanya cinta.
Tapi pernah kawan-kawan menyadari bahwa ada orang-orang tertentu yang mampu hidup tampa menjalani cinta(dalam pengertian Eros). Para biarawan mampu berjalan tampa harus menikah,apakah mereka buta akan cinta?. Jawabannya adlah tidak. Mereka tetap sngat membutuhkan cinta. Dalam kenyataannya mereka mampu mngubah objek cinta mereka bukan hanya kepada lawan jenis akan tetapi lebih kepada objek Tuhan ataupun sesama. Jadi apabila kwan-kawan mengatakan para biarawan orang-orang yang jauh dari cinta maka saya katakan dengan tegas bahwa anda salah.Dalam kenyataannya rasa cinta yang mereka miliki lebih tulus daripada rasa cinta seorang pria kepada wanita. Para biarawan mampu memberikan sebuah cinta yang tampa pamrih sehingga tidak pernah mengharapkan balasan akan cinta yang mereka berikan kepada sesama.
Cinta seorang pria kepada wanita ataupun sebaliknya adalah usaha manusia dalam menunjukkan eksistensinya dan melepaskan diri dari kungkungan kesendirian yang dia rasakan. Kelemahan yang ada disamarkan melalui sosok individu lain yang memiliki kekuatan yang dia butuhkan. Semakin kita ingin mencintai maka akan semakin kita menyadari bahwa diri kita sangat lemah dan membutuhkan sokongan dari orang lain. Tampa disadari ketika kita mencintai seorang sebenarnya kita sedang memamfaatkan orang lain untuk kepentingan kita. Sebagai contoh seorang perempuan yang kekanakan biasanya akan mencari seorang pria yang bersifat dewasa untuk dapat menutupi kelemahannya dan menjadi panutannya.
Tetapi apakah benar seorang yang lemah saja yang membutuhkan cinta? Sulit untuk mendialektikakan antara sosok yang lemah dengan yang kuat. Orang yang lemah dikatakan lemah karena ada yang lebih kuat dari pribadi tersebut. Seandainya pribadi tersebut menemukan sosok yang lebih lemah dari dirinya tentu dia akan dikatakan kuat. Mungkin menjadi sebuah pemikiran bagi kita bahwa Tidak ada orang yang kuat karena percaya atau tidak semua orang tercipta atau terlahirkan dengan kelemahan tampa ada kesempurnaaan. Seseorang boleh dikatakan kuat dalam fisik tetapi apakah psikologinya kuat? Demikian juga sebaliknya. Maka dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pribadi yang kuat adalah pribadi yang mau mengakui kelemahannya. Ketika sebuah pribadi telah mengetahui apa yang menjadi kelemahnnya dia akan mencari alternatif untuk dapat menutupi kelemahannya dan menjadi sebuah sosok yang cukup kuat melalui karakter orang yang dia cintai.
Tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak mencintai baik itu secara Stroge, phillia, Agape maupunn Eros. Tiap-tiap tiap orang berhak memilih objek yang ingin dicintai. Baik itu keluarga, masyarakat, Tuhan maupun lawan jenis. Keberanian dalam mengungkapkan cinta adalah sebuah pengakuan bahwa kita adalah sosok yang lemah akan tetapi dilain sisi ini menunjukkan bahwa kita adalah sosok yang kuat karena mampu mengalahkan kelemahan kita melalui cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar